Enam Pertanyaan Guru

Suatu hari Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. ..

Pertama...
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab.... "orang tua", "guru", "teman", dan
"kerabatnya" ..
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar...
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "kematian".. ..
Sebab kematian adalah PASTI adanya....

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua...
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab... "negara Cina", "bulan", "matahari", dan
"bintang-bintang" ...
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah
benar...
Tapi yang paling benar adalah "masa lalu"...
Siapa pun kita... bagaimana pun kita...dan betapa kayanya kita... tetap kita
TIDAK bisa kembali ke masa lalu...
Sebab itu kita harus menjaga hari ini... dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga...
"Apa yang paling besar di dunia ini...???"
Murid-muridnya ada yang menjawab "gunung", "bumi", dan "matahari".. ..
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru ...
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu"...
Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya...
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi ...
Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini... jangan sampai
nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)...

Pertanyaan keempat adalah...
"Apa yang paling berat di dunia ini...???"
Di antara muridnya ada yang menjawab... "baja", "besi", dan "gajah"...
"Semua jawaban hampir benar...", kata Sang Guru ..
tapi yang paling berat adalah "memegang amanah"...

Pertanyaan yang kelima adalah... "Apa yang paling ringan di dunia ini...???"
Ada yang menjawab "kapas", "angin", "debu", dan "daun-daunan" ...
"Semua itu benar...", kata Sang Guru...
tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan ibadah"...

Lalu pertanyaan keenam adalah...
"Apakah yang paling tajam di dunia ini...???"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak... "PEDANG...!! !"
"(hampir) Benar...", kata Sang Guru
tetapi yang paling tajam adalah "lidah manusia"...
Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati... dan
melukai perasaan saudaranya sendiri...

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN...
senantiasa belajar dari MASA LALU...
dan tidak memperturutkan NAFSU...???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun...
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH....
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita...???

"Aku Akan Menggendong Keluar Setiap Pagi Sampai Maut Memisahkan Kita"

Setelah saya tiba dirumah pada malam itu, selagi istri saya menyuguhkan makan malam, saya pegang tangannya dan berkata, saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Dia duduk dan bersantap tanpa bersuara. Sekali lagi saya melihat luka hatinya terpancar dimatanya.
Mendadak saya tidak tahu bagaimana caranya untuk membuka mulut saya. Akan tetapi saya harus memberitahukan kepadanya apa yang sedang saya pikirkan.
Saya ingin bercerai. Saya ungkapkan pokok pembicaraan dengan tenang. Dia sepertinya tidak terganggu oleh kata-kata saya, melainkan dia bertanya dengan lemah lembutnya, mengapa? Saya hindari pertanyaannya. Hal ini membangkitkan kemarahannya. Sendok dan garpu dilemparkannya dan dia berteriak kepada saya, kamu bukanlah seorang laki-laki !
Pada malam itu, kami tidak berbicara seorang terhadap yang lain. Dia menangis. Saya paham bahwa dia ingin mengetahui apa yang telah terjadi dengan pernikahan kami. Tetapi saya tidak sanggup untuk memberikan jawaban yang memuaskan kepadanya; hati saya telah dicuri oleh seorang wanita cantik yang bernama Dewi.

Saya sudah tidak mencintai dia lagi. Saya hanya merasa kasihan terhadapnya. Dengan perasaan bersalah yang berat, saya menggariskan sebuah persetujuan perceraian yang menyatakan bahwa dia boleh memiliki rumah kami, 30% dari saham perusahaan saya dan automobil. Dia melirik kepadaku lalu menyobeknya kecil-kecil. Wanita yang telah menghabiskan sepuluh tahun dari kehidupannya dengan saya telah menjadi seorang asing. Saya sedih-menyesal untuk waktu yang telah dibuangnya, sumber-sumber dan tenaganya tetapi saya tidak dapat menarik kembali apa yang telah saya katakan karena saya sangat mencintai Dewi.
Akhirnya dia menangis dengan kerasnya dihadapan saya, yang memang saya nantikan akan terjadi. Bagi saya tangisnya itu sebenarnya sebagai sebuah pelepasan.
Gagasan untuk bercerai yang telah menghantui saya selama beberapa minggu nampaknya makin teguh dan nyata sekarang.
Pada keesokan harinya, saya pulang kerumah agak terlambat dan mendapatkan dia sedang menulis sesuatu diatas meja. Saya tidak bersantap malam tetapi langsung pergi kekamar dan tidur dengan cepatnya sebab saya merasa penat setelah melewati hari yang penuh peristiwa bersama Dewi. Sewaktu saya terbangun, dia masih berada dimeja tersebut dan masih menulis. Saya tidak peduli jadi saya berbalik dan tidur kembali.

Pada pagi harinya, dia menyodorkan syarat-syarat perceraiannya; dia tidak menginginkan sesuatu apapun dari saya, tetapi membutuhkan masa peringatan sebulan sebelum bercerai. Dia minta dalam waktu sebulan tersebut, kami berdua harus berusaha hidup sebisa-bisanya secara normal. Alasan-alasannya sangatlah sederhana: putra kami akan menghadapi ujian sekolah sebulan lagi dan dia tidak ingin untuk mengganggunya dengan terputusnya pernikahan kami. Hal ini saya setujui. Tetapi dia memiliki sesuatu permintaan yang lain lagi, dia meminta saya untuk mengingatkan kembali bagaimana saya telah menggendong dia dari kamar pelaminan kami pada hari pernikahan kami. Dia meminta agar setiap hari untuk waktu yang sebulan ini saya menggendong dia keluar dari kamar tidur kami ke pintu depan. Saya pikir dia ini jadi gila. Agar hari-hari akhir kami masih berada bersama dapat dijalani dengan lumayan saya terima permintaan yang ganjil itu.

Saya ceritakan kepada Dewi tentang persyaratan cerai dari istri saya. Dia tertawa besar dan pikir hal itu adalah satu kedunguan. Apapun tipu muslihat yang diterapkannya, dia harus menghadapi perceraian itu, dia berkata dengan ejekkan. Istri saya dan saya tidak bersentuh tubuh sejak maksud bercerai itu dengan tegasnya dinyatakan.

Jadi tatkala saya menggendongnya pada hari pertama, kita berdua nampaknya agak canggung.
Putra kami bertepuk tangan di belakang kami, bapa memeluk mama di dalam tangannya. Ucapannya menimbulkan perasaan luka kepada saya. Dari kamar tidur keruangan tamu, kemudian ke pintu depan, saya telah melangkah lebih dari sepuluh meter dengan memeluknya di dalam tangan saya. Dia menutupkan matanya dan berkata dengan pelan; jangan beritahukan putra kita tentang perceraian itu. Saya mengangguk, walaupun merasa sedikit terganggu. Saya turunkan dia diluar pintu. Dia pergi untuk menunggu bus ke pekerjaannya. Saya mengemudi sendirian kekantor.
Pada hari kedua, kami berdua dapat bertindak dengan lebih leluasa. Dia bersandar ke dada saya...saya dapat tercium bau blusnya yang wangi.
Saya menyadari bahwa saya sudah lama tidak memperhatikan wanita ini dengan cermatnya. Saya menyadari bahwa dia sudah tidak muda lagi. Terlihat kerut-kerut muka yang halus, rambutnya mulai beruban! Pernikahan kami telah membawa korban kepada dirinya. Untuk saat semenit saya agak heran apa yang saya telah lakukan kepadanya.

Pada hari keempat, tatkala saya mengangkatnya, saya merasakan keintiman mulai kembali. Wanita ini telah memberikan sepuluh tahun dari kehidupannya kepada saya. Pada hari kelima dan keenam, saya menyadari bahwa keintiman kami mulai tumbuh lagi. Saya tidak menceritakan hal ini kepada si Dewi.
Menggendongnya mulai dirasakan lebih gampang sejak bulan ini berlalu. Mungkin latihan yang setiap hari ini membuat saya makin kuat.
Pada suatu pagi dia memilih gaun untuk dipakainya. Dia mencobai beberapa gaun tetapi satupun tidak didapatinya yang cocok..
Kemudian dia menarik napas panjang, semua gaun saya telah menjadi terlalu besar. Dengan mendadak saya sadar bahwa dia telah menjadi demikian kurusnya, itulah sebabnya mengapa saya dapat menggendong dia makin gampangnya. Tiba-tiba saya dipukul oleh kenyataan ini; dia telah menanamkan sebegitu banyaknya kesakitan dan kepahitan di dalam hatinya.
Secara tidak sadar saya menjangkaukan tangan saya dan menyentuh kepalanya. Putra kami masuk pada saat itu dan berkata, bapa, sudah waktunya untuk menggendong mama keluar. Baginya, melihat ayahnya menggendong keluar ibunya sudah merupakan bagian yang penting di dalam kehidupannya. Istri saya mengisyaratkan putra kami untuk datang mendekat dan merangkulnya dengan eratnya. Saya memalingkan muka saya sebab saya takut saya akan berubah pikiran pada detik terakhir ini. Saya kemudian menggendongnya di dalam tangan saya, berjalan dari kamar tidur, melalui ruang tamu, keruangan masuk. Tangannya melingkar keleher saya dengan lembutnya dan biasanya. Saya memeluk tubuhnya dengan eratnya; seperti pada hari pernikahan kami.
Tetapi berat tubuhnya yang makin menurun menyedihkan hati saya. Pada hari terakhir, tatkala saya menggendongnya saya hampir tidak dapat melangkah setapakpun. Putra kami telah pergi kesekolah.
Saya merangkulnya dengan eratnya dan berkata, saya tidak pernah memperhatikan bahwa kehidupan kita itu kurang keintiman.

Saya mengemudikan mobil saya menunju ke kantor...melompat keluar dengan bergegas tanpa mengunci pintunya.
Saya takut penundaan sedikitpun akan membuat saya merubah pikiran saya....saya berjalan keatas.
Dewi membuka pintu dan saya berkata kepadanya, Maaf Dewi, saya tidak ingin bercerai dari istri saya.
Dia memandang saya, keheran-heranan. Kemudian dia menyentuh kening saya. Apakah anda sedang demam? Katanya. Saya alihkan tangannya dari kepala saya. Maaf, Dewi, saya berkata, saya tidak jadi bercerai. Hidup pernikahan saya mungkin membosankan karena dia dan saya tidak menghargai detil-detil dari kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang saya sadar bahwa sejak saya menggendong dia masuk kerumah saya pada hari penikahan kami, saya seharusnya merangkul dia sampai maut memisahkan kami. Dewi nampaknya tiba-tiba bangun tidur. Dia menampar saya dengan kerasnya dan kemudian membantingkan pintu dan menangis.

Di dalam perjalanan di sebuah toko bunga, saya memesan sebuah karangan bunga untuk istri saya. Sang penjual bertanya kepada saya apa yang akan dituliskan diatas kartunya. Saya tersenyum dan menuliskan:'Saya akan menggendong engkau keluar setiap pagi sampai maut memisahkan kita.'

Di dalam hubungan di dalam kehidupan kami detil-detil yang kecil merupakan soal yang benar-benar berarti. Bukanlah mengenai rumah besar, mobil, harta kekayaan, saldo dana di bank yang berarti. Hal-hal ini memang dapat menciptakan sebuah lingkungan yang dapat mendatangkan kesenangan akan tetapi tidak dapat memberikan kesenangan dengan sendirinya.
Jadi carilah kesempatan untuk menjadi teman bagi pasangan anda dan lakukanlah hal-hal yang kecil itu kepada seorang terhadap yang lain untuk membangun keintiman. Milikilah sebuah pernikahan yang menyenangkan!

Jika anda tidak meneruskan renungan ini, tidak ada hal-hal yang akan terjadi kepada anda, akan tetapi kalau anda melakukannya, anda mungkin saja menyelamatkan sebuah pernikahan.
Perhubungan- perhubungan telah diciptakan bukan untuk dimanfaatkan, bukan untuk dihancurkan.
Kita mengajar sebagian orang dengan apa yang kita katakan.
Kita mengajar sebagian orang lebih lagi dengan apa yang kita lakukan.
Akan tetapi kita mengajarkan kepada kebanyakan orang dengan keberadaan kita.
Anda tidak dapat memilih bagaimana anda akan meninggal dunia, atau bila saatnya, tetapi, anda dapat memutuskan bagaimana cara anda akan hidup, disini dan sekarang ini.
Ingatlah:
Orang akan lupa tentang apa yang anda katakan...
Orang akan lupa mengenai apa yang anda lakukan...
Tetapi orang tidak akan lupa bagaimana anda membentuk perasaan mereka...

Kompeni's Notes
Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
tangga..Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi
segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".

Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmati
saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."

Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil
berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.

Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.

Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.

Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu
bisa membuatmu mati?"

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana
mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
canggung itu.

Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
semua.Aku mena hanny a sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.

Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?

Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
sangat buruk?

Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.

Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika............dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.

Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi..........., semua berlalu
begitu saja.

Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
bersalah.

"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
kepadanya:""Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"".Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.

Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku
menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara
kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar
dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling
berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah
akibat kesengajaan darinya.

Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.

Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........, itu adalah dulu, saat cintaku masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?

Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
berteriak dengan suara yg keras... Dia segera berlari masuk ke kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur.. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil
tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku
berteriak histeris memanggil namanya.

Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
orang yg paling ayah cintai"".

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
membuka matanya, tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
tangan sambil berurai air mata....................

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua
bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian
sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam
hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum
kita menyesalinya seumur hidup.

BERBAKTILAH PADA ORANG TUA.....! MENGERTILAH MEREKA SEPERTI MEREKA DULU MENGERTI KITA.....!!!



Di saat aku tua, bukan lagi diriku yang dulu. Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku... Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku, Di saat aku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu, Ingatlah saat-saat bagaimana aku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya.... Di saat aku dengan pikunnya mengulang terus-menerus ucapan yang membosankanmu, Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku, Di masa kecilmu, aku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang telah aku ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi.... Di saat aku membutuhkanmu untuk memandikanku, Janganlah menyalahkanku. Ingatkah di masa kecilmu, bagaimana aku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi???? Di saat aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern, Janganlah menertawaiku. Renungkanlah bagaimana aku dengan sabarnya menjawab setiap mengapa yang engkau ajukan di saat itu.... Di saat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan, Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku. Bagaikan di masa kecilmu aku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.... Di saat aku melupakan topik pembicaraan kita, Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya. Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada di sisiku untuk mendengarkanku, daku telah bahagia.... Di saat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih. Maklumilah diriku, dukunglah aku, bagaikan aku terhadapmu di saat engkau mulai belajar tentang kehidupan.... Dulu aku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah aku hingga akhir jalan hidupku. Berilah aku cinta kasih dan kesabaranmu, aku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur. Di dalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.... BERBAKTILAH PADA ORANG TUA.....! MENGERTILAH MEREKA SEPERTI MEREKA DULU MENGERTI KITA.....!!!

tentang seseorang


agh,,

knapa aku ini ?

aku terus memikirkanya !

lupakanlah dia !
lupakanlah dia !
lupakanlah dia !
lupakanlah dia !
lupakanlah dia !

aku bencii dia !
aku bencii dia !
aku bencii dia !
aku bencii dia !
aku bencii dia !

tapi dia selalu ada d pikiranku

aghh,,
aku BENCI dia !

aku bodoh..


aku benci ketika dia melakukannya lagi. dia meyakinkan aku lagi tentang cintanya. kenapa dia bohong lagi? kenapa dia suka sekali membuatku merasa sakit? seharusnya dia tau aku tidak suka dibohongi, seharusnya dia tau aku mulai muak dengan semua sikap manisnya. tapi aku tidak bisa mengabaikannya. aku juga tidak tau mengapa. ingin rasanya aku membencinya. ingin aku melupakannya. aku bodoh! seharusnya aku membencinya sejak dulu.
aku ingat saat itu, awal desember sebelas tahun yang lalu ketika aku pertama mengenalnya. dia begitu manis, maksudku dia bersikap manis padaku. kita mulai dekat, dan dia mengatakan dia suka padaku. aku? aku masih lugu waktu itu. aku tidak begitu mengerti apa itu suka, apa itu sayang, dan apa itu cinta. aku akhirnya menerima perasaannya, tentu saja aku masih tidak berani mengatakan padanya bahwa aku juga suka padanya. aku pikir dia pasti tau tanpa aku mengatakannya. tapi ternyata dia... yah, dia tidak sesuka yang dia katakan kepadaku. dia tidak sesayang yang dia ucapkan padaku. dibelakangku, ternyata dia mendekati perempuan lain. aku kecewa dengannya. aku marah dengannya. tapi aku tak mampu berbuat apa-apa.
sama seperti saat ini, ketika dia mengecawakan aku untuk yang kesekian kali. aku tetap tidak bisa berbuat apa-apa. bahkan aku membiarkan dia menyakitiku berkali-kali. betapa bodohnya aku! aku bodoh!












you



Ohhh You did it again
You did hurt my heart
I don't know how many times
Ohh.. You I don't know what to say

You've made me so desperately in love
And now you let me down
You said you'd never lie again
*You said this time would be so right
But then I found you were lying there by her side

Chorus:
Ohh You.. You turn my whole life so blue
Drowning me so deep, I just can reach myself again

Ohh You.. Successfully tore myheart
Now its only pieces
Ohhh Nothing left but pieces of you

Ohh.. You frustated me with this love
I've been trying to understand
You know I'm trying I'm trying
Ohh You.. I don't know what to say
You've made me so desperately in love
And now you let me down

akhirnya...

sampai juga kita di titik pemberhentian ini

bukan, bukan untuk berhenti mencintai

tapi karena semakin dekat aku denganmu

semakin dalam perasaan ini padamu

memang bukan sesuatu yang mudah

tapi memang harus dilakukan

4 gud

hari terindah adalah..

saat kau sapa pagi dengan senyummu

saat kau payungi siang dengan tawamu

saat kau tutup malam dengan manjamu

i'm waiting for the moment comes to my life

i'm waiting for you


[thx to d..]
i really miss you dad..
apa kau mau memelukku kalau aku bilang aku sangat merindukanmu
karena saat ini aku ingin sekali engkau memelukku
apa kau akan mau memarahiku lagi jika aku melakukan sesuatu yang menurutmu aku tidak boleh melakukannya
karena aku sangat rindu mendengar nasehatmu
apa kau mau mengatakan kepadaku bahwa semuanya akan baik-baik saja jika aku menceritakan padamu betapa sulitnya hidup yang kurasakan tanpamu
karena aku begitu merindukanmu
jika aku berlutut dihadapanmu, apa kau akan mau memaafkanku
aku terjebak lagi dengan perasaanku sendiri..
entah kenapa? aku masih belum bisa memahaminya..
padahal aku tau, aku tidak akan mendapatkan apa-apa
kecuali kesia-siaan
aku tau, nantinya aku sendiri yang akan terluka
tapi kenapa aku tidak bisa menolaknya?
oh God, please help me with this feeling..
jauhkan aku darinya
hapus semua memori tentang dia dihatiku
karena aku takkan sanggup jika perasaan ini terus tumbuh
Tuhan, hindarkan aku dari segala keinginanku
yang tidak aku ketahui hakekatnya..
amin
dalam diam, aku mengingatmu
terasa sesak dada ini, karena merindukanmu
hanya ketika aku berada didekatmu, aku merasa sempurna
tapi aku mengabaikanmu, karena egoku
salahku, dulu aku tidak mendengarkanmu
salahku, jika aku tak bisa menjadi yang terbik bagimu
tanpa sadar aku sudah terlalu jauh melangkah
aku tak tau kemana aku harus berjalan
aku seperti mati
jiwaku kosong
aku hilang arah
ingin rasanya aku memutar waktu dan kembali
aku begitu rindu suara itu
Tuhan,
tolong aku agar aku bisa
menemukan jalanku untuk kembali padaMu
Miss You Myspace Comments
MyNiceProfile.com

aku melihatmu

duduk di dekatku

hanya diam tanpa suara

kemudian aku mengerti

bukan kata yang harus bicara saat ini

tapi hati

just so you know

i love you in every conditions

seperti apapun kamu

aku akan tetap berdiri disini

menunggumu

..bukan rahasia..

bukan rahasia lagi,
jika kamu adalah seseorang yang selama ini terus ada dalam hatiku..
bukan rahasia lagi,
jika aku menyimpan perasaan ini padamu bahkan jauh sebelum kamu menyadarinya..
bukan rahasia lagi,
jika dulu aku sering berkhayal tentang aku dan kamu dalam satu cerita cinta yang indah..
sama sekali bukan rahasia,
betapa senangnya aku karena ternyata kamu memiliki perasaan yang sama terhadapku..
tapi akan tetap menjadi rahasia,
karena sampai sekarang kita tidak mengerti kemana waktu akan membawa kisah ini..
entah kenapa,

setiap kamu bilang sayang...


saat itu juga aku merasa sakit..

tolong, jangan kamu ulangi lagi...

jangan bilang sayang lagi,

aku tak bisa kalau harus sakit lagi...